Impianku Dimasa Depan

Menjadi seorang penulis bukan merupakan cita-citaku sejak kecil. Cita-cita menjadi penulis baru muncul berawal dari kesenanganku membaca novel dan cerpen. Bisa terjun dalam sebuah alur cerita memunculkan sensasi tersendiri bagiku. Aku mulai mengumpulkan beberapa novel saat duduk dibangku kelas 3 SMP. Dan ketika mulai banyak novel dan cerpen yang ku baca muncullah keinginan untuk membuat cerita sendiri. Saat itu aku belum memiliki laptop, jadi aku menulis di buku tulis. Dan hasil tulisanku pun tidak ku publikasikan karena aku tidak tahu harus mempublikasikan dimana. Cerpen pertamaku ku kirimkan di majalah sekolah saat aku duduk di bangku kelas 1 SMA atas saran teman dekatku, Alfiah namanya. Dialah teman yang selalu menjadi orang pertama yang membaca tulisan-tulisanku dan selalu mensupportku untuk terus menulis.

Alfiah orang pertama yang memberitahuku begitu majalah sekolah keluar dan cerpenku dimuat disana. “Uuk (panggilanku waktu SMA), cerpenmu dimuat”, teriaknya dari kejauhan sambil membuka-buka halaman majalah sekolah yang dia bawa.

“Mana? Mana?”, tanyaku penasaran sambil ikut membuka halaman majalah sekolah yang dia bawa ketika dia duduk didekatku. Halaman per halaman kami buka tapi tak ketemu-ketemu.

“Mana Al? Kok nggak ketemu-ketemu”, tanyaku tak sabar.

“Ada kok tadi beneran deh”, katanya meyakinkan sambil tetap membuka halaman per halaman majalah. “Ketemu”, teriaknya saat menemukan cerpenku. Ku lihat dengan seksama judul cerpen dan nama penulisnya barangkali Alfiah salah lihat. Ternyata benar itu cerpenku. Bak bunga yang merekah aku pun tersenyum lebar.

“Ciye. . selamat ya!”, ucapnya sambil menyenggol lengan kananku. Yah sejak saat itu aku semakin rajin menulis walau belum punya laptop dan hanya berbekal pensil serta buku tulis. Dan Alfiah tetap orang pertama yang membaca cerpenku.

Sempat aku berhenti menulis ketika Alfiah pergi meninggalkanku untuk selamanya. Dia meninggal akibat kecelakaan di akhir semester genap saat aku kelas 1 SMA. Kepergiannya membuatku tak bersemangat menulis karena menurutku hanya dia yang interest dengan tulisanku. Butuh waktu yang tidak sebentar untuk membangkitkan semangatku dan kepercaya dirianku untuk menulis lagi. Kelas 2 SMA semester akhir baru aku menulis lagi, tapi sayang setiap aku akan mengirim tulisanku ke majalah sekolah selalu pendaftarannya sudah ditutup.

Saat kelas 3 SMA, tepat di hari ulang tahunku yang ke 17 tahun, kedua orang tuaku membelikanku laptop. Hal itu membuatku sangat senang dan semakin bersemangat untuk menulis. tapi semangat untuk menulis itu harus ku tahan terlebih dahulu karena aku harus mempersiapkan UAN yang sudah mulai dekat. Begitu UAN selesai aku mulai menulis cerpen lagi bahkan sempat terlintas difikiranku untuk membuat sebuah novel hanya saja belum ada ide mau menulis tentang apa. Pertengahan kuliah semester 4, aku mengikuti sebuah lomba menulis yang dipublikasikan dijejaring sosial facebook. Jujur aku tidak yakin karyaku akan terpilih jadi aku sudah mempersiapkan mental jika memang karyaku tidak terpilih. Sekitar 2 atau 3 minggu setelah deadline menulis ditutup, pengumuman tulisan yang lolos untuk diterbitkan pun keluar sempat kaget ketika ternyata tulisanku terpilih untuk diterbitkan. Besoknya aku langsung menelfon ibuku, kuceritakan semuanya dan ibuku ikut senang.

“Alhamdulillah kalo terpilih. Ibu do’akan semoga Luluk bisa jadi penulis yang sukses!!”, ujarnya.

“Aamiiin”, jawabku sambil tersenyum, mataku berkaca-kaca mendengar do’anya.

Sejak saat itu aku berusaha mengikuti lomba-lomba menulis lainnya, dan alhamdulillah lolos untuk diterbitkan lagi. Sejujurnya aku ingin menjadi penulis novel terkenal yang tidak hanya sekedar menyajikan sebuah cerita yang menghibur pembaca, tapi juga menginspirasi pembaca. Aku tahu itu tidak mudah, dan jujur saja aku tidak memiliki kemampuan yang bagus tentang sastra. Bertemu dengan seseorang yang memiliki pengetahuan lebih tentang satra terkadang membuatku minder.

Aku pernah melihat sebuah film Korea dan ada satu hal yang bisa ku ambil dari film itu. Mengenai sebuah mimpi. Kita semua tahu setiap orang pasti punya mimpi. Ada orang yang terlahir memiliki potensi untuk meraih mimpinya dan ada orang yang terlahir tidak memiliki potensi untuk meraih mimpinya, tapi dia punya pilihan yaitu berusaha bekerja keras untuk mewujudkan mimpinya atau menyerah dan mencari mimpi yang lain. Dan menurutku, aku adalah orang yang kedua, yaitu orang yang terlahir tidak memiliki potensi menulis, tapi aku tidak akan menyerah, aku akan berusaha keras untuk meraih mimpiku menjadi seorang penulis inspiratif dan terkenal seperti Andrea Hirata, Habiburrahman Al Shirazy, DLL (dan lainnya lupa). Aku percaya aku bisa jika aku mau, karena ketika aku mau pasti aku akan mengusahakan 1000 daya untuk menggapai mimpiku walau aku tak memiliki potensi seperti yang lainnya. Dan impianku di masa depan semoga aku benar-benar bisa menjadi penulis yang inspiratif dan terkenal. Aamiin!! (Bantu aminin ya!! ^_^)

Salah satu cerpenku yang masuk 8 nilai tertinggi dari 30 cerpen yang terdaftar dalam sebuah event menulis dengan tema "Aku Ingin Menjadi Penulis".

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendapatan Dalam Negara KHILAFAH. (tanpa cukai)

my beloved nephew

Kesenagan di Dunia atau Kesenagan di Akhirat